0 - 9 | A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | Q | R | S | T | U | V | W | X | Y | Z |
Biography Shaggy DogSebut satu nama band yang pernah bikin konser keliling Eropa? Pasti Belia bakal nyebut satu nama band keren yang berasal dari Yogyakarta. Bukan Jikustik, bukan juga Sheila on 7. Mereka jauh lebih keren dari dua band tadi. Yes, they’re Shaggy Dog! Band yang sempat disebut-sebut sebagai band ska paling keren yang ada di Indonesia ini sempat ngobrol bareng belia, beberapa waktu lalu. Heru (vokal), Lido (keyboard), Bandit (bass), Richard (gitar), Raymond (gitar), Yoyo (drum), plus brass section yang mulai bermain musik sejak tahun 1996 ini masih bertahan di tengah persaingan musik Indonesia. “Untuk bisa eksis selama sepuluh tahun, yang enggak bisa ditawar lagi tuh konsistensi dalam bermusik. Dulu banyak band bagus, tapi mereka enggak bisa bertahan karena mereka enggak konsisten dalam bermusik,” ucap Yoyo sang drummer. Musik ska sempat mewabah di Indonesia pada awal-awal tahun Shaggy Dog terbentuk. Tapi, kemunculan musik-musik baru sekaligus band-band baru seperti menyapu musik ska. Namun, hal ini enggak berlaku buat band yang hobi pake topi model pork pie atau pet ini. “Selain konsistensi dalam musik, pertama tuh setiap personel harus suka dengan jenis musik yang telah dipilih. Kami semua suka musik ska dan reggae. Kalau enggak suka, otomatis enggak bisa bertahanlah. Kami juga mesti tahu bener-bener karakter masing-masing personel.” Banyak grup band yang gonta-ganti personel, bahkan sampai bubar karena ketidakcocokan sesama personel. “Kami tuh udah temenan sejak lama. Untuk ngejaga kedekatan, ya intensitas ketemuannya juga harus ditingkatkan,” ucap mereka masih dengan logat Jawa yang kental. Konsep musik yang sejak dulu ditawarkan oleh Shaggy Dog emang enggak banyak berubah. “Ya, enggak jauh-jauh dari ska, reggae. Di album Hot Dogz, kami sedikit memasukkan unsur swing jazz.” Kunci lain yang bikin mereka bertahan adalah enggak terpaku pada satu jenis musik aja. “Kami memegang satu jenis musik, tapi enggak boleh tutup kuping juga sama musik lain. Siapa tau juga kan bisa di mix dengan musik kami,” kata Raymond. Kesempatan untuk manggung di luar negeri tentunya enggak disia-siakan oleh mas-mas dari Yogya ini. “Tahun 2004 kami pernah diundang untuk manggung di Belanda. Nah, begitu diundang manggung lagi ke sana tahun 2006, kami sedikit kaget juga karena waktu kami membawakan lagu berbahasa Indonesia, penonton juga ikutan nyanyi,” kata Yoyo sambil nyengir. Tuh kan, kehebatan bermusik Shaggy Dog emang enggak diragukan lagi. Indie scene lokal sampai mancanegara pun angkat topi untuk musikalitas mereka. Kalau biasanya musisi Indonesia bikin konser di luar negeri digelar di sebuah gedung, Shaggy Dog berbeda. “Kami manggung di pub-pub di beberapa kota di Belanda. Selain itu, kami juga main di enam SMA di Belanda. Itu seru banget. Apresiasi mereka terhadap musik kami baik. Serasa main di negeri sendiri aja.” Ketika ditanya kenapa enggak menghidupkan kembali musik ska di tanah air, mereka jawab gini, “Sebenernya kami juga sedang mengusahakan dengan temen-temen di kota lain yang juga punya komunitas. Kalau di Yogya komunitas penggemar musik ska, reggae itu masih banyak. Bahkan ada satu kafe reggae juga lho. Jadi, lebih enggak susah untuk bikin crowdnya. Bahkan kami sempat bikin arisan juga lho bareng mereka!” Waduh, tampak seperti ibu-ibu ya? Hehehe... Mungkin itu salah satu resep mereka biar kompak ya? |